Slider Background

Aku dan Persaudaraan Kapusin: Suatu Refleksi

Thursday, April 6, 2017

Aku dan Persaudaraan Kapusin: Suatu Refleksi

Perjumpaan pertama dengan Kapusin

Perkenalan ini, terjadi ketika Kapusin merayakan pesta Jubelium seratus tahun di tanah belantara Kalimantan, tepatnya di Kota Singkawang. Biasalah, awal perjumpaan ini, di awali dengan kekaguman kepada saudara-saudara Kapusin, yang mengenakan jubah coklatnya. Suasana perayaan berjalan dengang baik, hingga aku tertegun pada perbincangan nuntius yang tidak sempat ku ingat namanya. Sebagai pembicara, maksudnya penerjemah waktu itu adalah Pater William Chang. Kekagumankupun semakin bertambah. Luar biasa pikirku. Sempat terlintas dalam benakku; “kapan aku bisa menjadi dia yang bisa berbicara untuk orang banyak yang tidak mengerti menjadi tahu”.

Perkenalan berikutnya, kutemukan ketika aku mengunjungi Stan Pameran tentang perjuangan para missionaris pertama serta karya dan kerasulan mereka di tanah Borneo. Ketika saya sampai ke tingkat dua, aku melihat papan kecil yang bertuliskan “Bagi yang ingin bergabung bersama Ordo Saudara-saudara Dina Kapusin, bisa menghubungi secretariat Propinsi Kapusin Pontianak” dan seterusnya. Begitulah kurang lebih ajakan itu kepadaku. Tertarik! Ya. Tapi tidak tahu apa itu?

Kapusin itulah yang sering didengungkan oleh Pastor Paroki ku saat itu, ketika ia “merayu” aku untuk masuk dalam persaudaraan Kapusin, ketika aku menyatakan niat untuk masuk TOPANG atau Retorika di Nyarumkop. Pendeknya aku masuk Kapusin karena pastor Paroki. Tapi, memang sebelumnya aku tidak mengerti apa-apa tentang IMAM atau Pastor. Bagiku, semua pastor itu sama tidak ada bedanya. Apakah ia seorang Kapusin atau seorang imam Diosesan, dan lain-lain. Tapi suatu keberuntungan yang amat besar, ketika aku masuk menjadi anggota tarekat religious ini. Karena aku langsung mendapatkan teman yang karakter dan spiritualitasnya hampir sama, meskipun tidak mirip.

Siapa dan Apa Itu Kapusin?

Apakah Itu Kapusin untuk saat itu aku tidak tahu. Dan, sampai sekarang jika ditanyakan apa itu kapusin jawabanku pasti masih dalam mengambang. Pertanyaan tersebut, meminta suatu pemahaman dan sekaligus pengertian. Pemahaman berarti diandaikan tahu dan mengerti. Ya, seandainya ini menjadi pertanyaan yang mendalam harus ku akui secara jujur aku belum sepenuhnya mengerti secara mendalam dan betul-betul memahami apa itu Kapusin?. 

Setahuku Kapusin itu adalah cara hidup yang saat ini ku hidupi, ku jalani dan ku pilih menjadi sarana untuk mencapai kebahagiaan. Kapusin yang ku hidupi adalah pola hidup komunitas yang menggaris-bawahi hidup dalam persaudaraan “Be Brother For All”. Lebih spesifik hidup persaudaraan ini adalah hidup membiara yang membaktikan diri pada Allah dan sesama. Kapusin itulah sekarang jiwaku dan ragaku. Aku tidak akan bisa terpisah daripadanya. Karena ia telah menjadi bagian dari diriku. Dan sekarang aku dalam tahap penyempurnaan untuk menuju KAPUSIN itu. 

Hidup yang berjanji?

Hidup kok harus berjanji? Begitulah seloroh yang sekaligus permenungan dalam hidup ini. Terlebih bagi diriku. Mengapa harus berjanji? itulah yang dilontarkan orang yang tidak tergabung dalam cara hidup ini. Kata-kata tersebut dulunya juga menjadi pertanyaan bagiku. Sekarang Janji itu menjadi bagian yang sangat penting dalam hidupku.

Kaul atau janji yang ku ikrarkan dan ku hidupi sekarang ini, secara sadar ku ucapkan di depan publik. Dan janji itu berbunyi untuk setia kepada Injil dan Tuhan. Kaul tersebut menjadi pengikat yang sangat erat dalam persaudaraan Kapusin. Dan melalui Kaul itu semua menjadi sama sebagai saudara. Seraya itupula Kaul menjadi cerminan bagi saya untuk melihat kebahagiaan yang akan datang. Sembari berkontemplasi dalam kehiruk-pikukkan hidup.

Kaul-kaul yang ku hidupi memberi suatu “kebebasan” kepada ku untuk menjadi TAAT, MURNI dan MISKIN. Kaul-kaul ini memberikan suatu pembelajaran sekaligus mengajarkan hidup,  dihadapan Allah dan sesama. Serentak juga membentuk kedewasaan dan kemandirian.

Kaul menjadi “SIM” bagiku untuk terus maju sebagai laskar Kristus seturut teladan hidup St. Fransiskus dari Assisi di dalam Ordo Kapusin, untuk mewartakan kabar Gembira kepada semua makhluk insani. Janji untuk hidup miskin, murni dan taat serentak meminta aku untuk hidup berkomitmen dan bertanggung jawab atas hidup yang telah diberikan. Memang harus ku, akui untuk menghidupi ketiganya bukanlah hal yang gampang, namun juga bukan berarti sesuatu yang sulit. 

Pergulatan Ketiga Kaul

Ketiga kaul yang ada di dalam persaudaraan Kapusin, bukanlah sesuatu yang gampang untuk dihidupi, karena aku hidup di dalam dunia yang real, nyata. Duniaku ini menyuguhkan banyak hal yang senantiasa menantang adrenalin, memikat mata, dan menggoda jiwa. Dunia hidupku, adalah dunia yang semakin hari semakin menunjukkan ‘keelokkannya” zaman, terus memacu otak ku untuk terus “berkontemplasi” dalam hayal dan renunganku.

Hingga saat ini. Bisakah aku melangkah dengan ringan, sementara banyak hal yang menjadi beban yang sekaligus membuat aku melanyang. Terkatung-katung antara langit dan bumi. Kiranya kaul yang ku hidupi ini akan menjadi jawaban yang pasti. Lascar iblis datang bagai kawanan burung yang berhijrah di musim dingin. Ketika kunyatakan diriku siap untuk berperang melawan mereka. Setan menampakkan keelokkannya melalui hobi-hobiku, kesukaanku, dan keburukkannya pada sikap kebenciannkku. Setan pintar berubah rupa. Tapi aku tetap memiliki Allah yang juga siap menyatakan damai bersama mereka di dalam aku sehingga aku tidak memusuhi hobiku dan kebencianku.

Tidak gampang bukan berarti sulit. “Gampang” dapat ku katakana demikian, karena persaudaraan yang telah merawat dan mengasuh aku membekali diriku dengan ilmu dunia yang dinamakan dengan Ilmu Pengetahuan. Dengan Ilmu ini, persaudaraan mendidikku untuk hidup menjadi bijak dan sana. Tahu berbuat dan bertindak. Dapat mengerti dan tahu. Baik dan benar. Ilmuku adalah salah satu jalan hidup yang diberikan untuk mencapai kematangan dalam hidup berkaul. Melaluinya aku diminta untuk mengolah semua yang nyata dan maya, melalui ilmu itupula aku diminta untuk dewasa. Dengan pengetahuan dan ilmu yang kumiliki memberikan kematangan untuk berdistansi dengan dunia nyata dan maya.

Kerap dalam pertanyaan batin ini, berkata: “mengapa mereka yang telah mendapatkan pengetahuan yang baik dan benar, justru menyimpangkan pengetahuan itu?, bukankah seharusnya mereka menjadi lebih bijaksana dibanding dengan kakek dan nenek ku yang tidak mengenal pengetahuan”. Apakah ada yang salah? Hati ku kembali berbicara. Perkataan hati ini serentak menantang dan mengingatkan aku. Sungguhkah aku akan menjadi orang yang berilmu dan berpengetahuan?

Keyakinan

Keyakinanku kepada Allah dan Persaudaraan Kapusin. Keyakinan ini tidak akan memberikan kekecewaan, sebaliknya menghantar aku pada pembebasan, kemerdekaan dan kebahagiaan. Allah akan senantiasa menemani dan menuntun aku. Ia akan mengarahkan aku pada kehendak-Nya. Sedangakan aku yang senantiasa dikuasai keegoisan ini, akan terus menemukan cara untuk memberikan signal, tanda kepada Allah, agar Ia bisa menemukan aku yang masih tinggal dalam kekelaman dunia ini. Dan, dengan-Nya aku akan berkumpul bersama domba-domba yang lain dalam satu kawanan dan satu Gembala yaitu Kristus Yesus. 

Sedangkan, Persaudaraan Kapusin akan terus membentuk aku menjadi seorang saudara yang mampu melanjutkan karya dan cita-cita pendiri Ordo ini, agar alam ciptaan di dunia ini tetap utuh dan harmoni. Persaudaraan ini akan banyak memberikan pengetahuan dan pengalaman hidup bersama Allah melalui sesama yang menderita, papa, miskin dan terpinggirkan. Harapanku ialah aku dapat tumbuh menjadi kuntum coklat yang berbuah matang dan menjadi bibit coklat  yang baru. Karena aku yakin, Coklat ini akan memberikan warna dan keindahan tersendiri bagi banyak insan. - P. Aloysius Anong, OFMCap.



NEXT »

No comments

Post a Comment