Slider Background

December 2012

Wednesday, December 12, 2012

Gita Damai dari Betlehem

P. William Chang, OFMCap.


Salah satu perjuangan terpanjang dalam sejarah dunia adalah usaha perdamaian di tengah-tengah jagat raya. Hingga sekarang, kawasan Timur Tengah, Irlandia, kawasan tertentu di Asia, Afrika, Amerika Latin belum sanggup mengusahakan damai yang didambakan anak-anak manusia. Darah masih tertumpah, nyawa terus melayang dan harga keamanan terasa mahal. Hidup dalam kedamaian seakan-akan menjadi impian. Akibatnya, banyak yang bertanya apakah masih ada damai di atas permukaan bumi?

Ketidakdamaian ini diperburuk oleh aneka bentuk tindak kekerasan yang menggejala dalam masyarakat. Perkelahian, pertikaian, penodongan, perampokan (termasuk dalam oplet), fitnah dan pembunuhan belum berakhir. Tingkat kriminalitas bukan hanya berberkembang dalam jumlah, tetapi juga dalam kualitas dan intensitasnya. Modus operandi tindak kejahatan memang kian canggih dan dapat menipu semakin banyak manusia. Kemajuan dalam dunia teknologi dimanfaatkan sebagai sarana kriminal. Penipuan melalui SMS, komputer dan media elektronik menimbulkan kecemasan dan ketidaktenangan dalam hidup dan usaha manusia sehari-hari.
Yang lebih memprihatinkan adalah perang urat syaraf antarkomunitas sosial yang sebegitu majemuk. Trauma-trauma psikis yang masih hinggap dalam kalbu anak-anak manusia mewarnai seluruh yang hidup masyarakat. Ketidaktenangan, kecemburuan dan kecurigaan sosial masih berkembang di tengah-tengah masyarakat. Rekonsiliasi sejati masih dalam proses panjang. Sekat-sekat sosial terkadang terasa kian tebal. Kerinduan akan damai makin redup akibat keadaan sosial yang tak menentu, menakutkan, dan mengancam ketenangan hidup. Sikap dasar yang tak jujur, saling mencurigai dan tak terpercaya mengancam keadaan hidup yang damai, tenang dan sejahtera.


Peristiwa kedatangan Juruselamat, Yesus Kristus, mengubah dan membaharui perjalanan sejarah umat manusia. Dia dilahirkan di Betlehem (9 km selatan Yerusalem, ) dalam masa pemerintahan Kaisar Agustus (nama lengkapnya Gaius Yulius Caesar Octavianus), yang menjadi Kaisar Roma dari tahun 30 SM hingga tahun 14 Masehi. Sejak Agustus gelar “kaisar” dianugerahkan kepada setiap kepala pemerintahan (raja) Roma. Dalam pemerintahan Agustus itulah Raja dari semua raja dilahirkan, dibungkus dengan lampin dan terbaring dalam sebuah palungan sederhana, hina dan tak terpandang mata manusia. Di Betlehem inilah Raja Daud dilahirkan dan malah nenek moyangnya tinggal di daerah ini. Hadir dalam peristiwa kelahiran Yesus, kedua orang tua-Nya, Yusuf dan Bunda Maria, sejumlah gembala penjaga kawanan ternak dan seorang malaikat Tuhan. Tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar balatentara sorga yang memuji Allah katanya: “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya” (Luk 2:14).

Dalam dunia Yunani, gagasan damai (eirene) terkait dengan aspek-aspek kesejahteraan menyeluruh, keserasian dengan kelompok manusia dan kesatuan individu dengan Tuhan, dengan dunia material, dengan kelompok-kelompok, sesama dan dengan diri-sendiri. Dalam damai terdapat dimensi kebaikan dan kesejahteraan. Damai dipandang sebagai anugerah global, definitif dan tertinggi yang dilakukan oleh Allah kepada manusia melalui Yesus Kristus. Manusia tak mungkin berbicara dan mengusahakan damai tanpa kehadiran Yang Ilahi sebab Dia ialah sumber damai. Sang Juruselamat ialah sang damai dunia (Ef. 2: 14).

Gita Damai didengungkan dalam konteks kelahiran Yesus Kristus, terkait dengan seluruh rencana dan karya keselamatan Tuhan. Damai dialami sebagai rekonsiliasi manusia dengan sesama dan Tuhan. Perukunan kembali yang muncul dari hati nurani memperteguh makna damai. Yesus Kristus sendiri dengan jelas menjamin bahwa kehadiran-Nya tidak meniadakan penderitaan, walaupun nama Yesus selalu dipertautkan dengan karya keselamatan umat manusia dan seluruh dunia. Dalam Yesus kita akan menemukan dan mengalami damai. Hadiah pertama yang disampaikan-Nya kepada para murid-Nya setelah bangkit dari antara orang mati adalah damai sejahtera.Damai bisa dianalogkan dengan gagasan ke-selamat-an (Luk 7:50).

Kebutuhan mendasar dan utama umat manusia yang berdosa adalah harus memiliki damai sejahtera dengan Allah. Damai sejahtera antara manusia dengan manusia adalah sebagian dari tujuan kematian Kristus (Ef 2) dan tujuan dari pekerjaan Roh Kudus (Gal 5:22), namun manusia harus giat mengembangkannya. Damai di sini tidak hanya dalam artian menjauhkan perselisihan atau pertentangan, tapi juga dalam arti keselarasan dan peranan yang sungguh dari tubuh Kristus Yesus.

Manusia tak cukup hanya mendengarkan Gita Damai, namun harus juga membuahkan pikiran dan perbuatan yang sesuai dengan gita rohani itu. Gita ini menjadi guru dan semacam pedoman dalam mengarungi perjalanan hidup anak-anak manusia. Manusia tidak lagi hidup sesuai dengan dorongan keinginan manusiawi, tapi manusia sungguh-sungguh lahir kembali sebagai manusia baru yang mengutamakan damai daripada perselisihan, konflik dan peperangan. Melalui peristiwa sejarawi kelahiran Yesus Kristus, manusia diundang ke Betlehem untuk melihat model hidup dalam konteks kesucian, kesahajaan, keserasian kosmik dan keterbukaan bagi seluruh jagat.

Gita Damai dari Betlehem mengetuk hati pintu tiap insan untuk melantunkan kidung rohani yang dapat menyejukkan, menentramkan dan mendamaikan sanubari tiap manusia dalam suatu masyarakat yang majemuk dan sudah tercabik-cabik. Dunia tidak membutuhkan lagi gita pertengkaran, gita perselisihan, gita perkelahian, gita peperangan, melainkan gita yang sungguh mendentangkan melodi kedamaian dan kesejahteraan umat manusia.

Gita Damai telah dikhianati anak-anak manusia yang diperbudak benih kejahatan dalam hidup manusia. Damai yang didambakan anak-anak manusia diporak-porandakan oleh pikiran, perkataan dan perilaku yang pada dasarnya bertentangan dengan kedamaian hidup manusia. Hidup manusia tak berkenan di hadapan-Nya, karena manusia melakukan rentetan tindakan yang bertolak belakang dengan kehendak baik Sang Juruselamat. Idealnya, anak-anak manusia segera menghimpun diri membentuk suatu Paduan Suara Damai Sejahtera yang membahana dan bergaung dalam hidup seluruh dunia. “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai-sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya” (Luk 2:14).

Sumber: Pontianak Post.


0
Baca Selengkapnya >>>