Slider Background

January 2008

Tuesday, January 29, 2008

Seminar Tentang Aliran-aliran Sesat dalam Gereja


PEMATANGSIANTAR - Cuaca cukup cerah pada sore hari Selasa 22 Januari 2008. Mulai dari pukul 15.30 WIB banyak orang tua-muda berbondong-bondong masuk ke sebuah Aula besar milik Sekolah Swasta Assisi Jl. Asahan, Pematangsiantar-Sumatera Utara. Ada ajaran sesat? Tunggu dulu!

Kebenaran yang membebaskan. Demikian Rm. Eddy Kristiyanto, OFM mengawali ceramahnya dalam seminar tentang Ajaran-Ajaran Sesat dalam Gereja beberapa hari yang lalu. Bertindak sebagai moderator, P. Cosmas Tumanggor, OFMCap.

Bertempat di Aula Sekolah Swasta Assisi, Yayasan Putri Hati Kudus, Jl. Asahan Siantar-Simalungun, seminar selama dua jam ini disambut hangat oleh para peserta. Hal ini tampak dari banyaknya peserta seminar, sekitar 500 orang yang terdiri dari para biarawan-biarawati, para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, siswa-siswi sekolah, dan umat setempat. Hadir pula peserta dari berbagai denominasi Gereja Kristen yang berkeinginan mendengarkan ceramah dari seorang pakar Sejarah Gereja yang menyelesaikan program doktoralnya pada Universitas Gregoriana, Roma pada tahun 1996 ini.

“Seminar ini diadakan bukan karena pada akhir-akhir ini muncul gerakan/aliran sesat yang terjadi dalam agama saudara-saudari kita Islam, tetapi mau memberi pemahaman baru tentang wahyu seperti ada dalam Dokumen Konsili Vatikan II, Dei Verbum 2, Wahyu Allah dinyatakan lewat kata dan perbuatan”, ujar Imam Fransiskan yang lahir pada tahun 1958 ini.

Dalam kesempatan ini Rm. Eddy memaparkan beberapa hal tentang aliran sesat. Apa itu aliran sesat, sifat-sifatnya, mengapa muncul aliran sesat, contoh-contohnya, mau kita apakan aliran sesat ini, dan yang terakhir bagaimana aliran sesat di Indonesia.

Aliran sesat atau bidaah atau heresi ini muncul akibat kekakuan yang terjadi dalam Gereja selama ini. “Lembaga agama terlalu kaku, establish, tidak inspiratif, lebih banyak merepotkan diri dengan unsur formal, yuridis, dan superfisi”, katanya dalam menjelaskan salah satu sebab munculnya aliran-aliran sesat.

Mau apa kita dengan aliran-aliran sesat ini? Karena menyesatkan, kita lalu menyerahkan pada lembaga pengadilan? Mengeluarkan Fatwa seperti MUI terhadap Ahmadiyah, Lia Eden, dll.? Dalam menghadapi hal ini diperlukan toleransi tinggi. “Menenggang perbedaan, toleran, dan tidak menganggap diri sebagai satu-satunya pemilih dan penafsir. Prinsip arifnya terdapat dalam Kis 5:39”, tambahnya.

Seminar yang dimulai pada pukul 16.15 WIB dan diakhiri pada pukul 18.15 WIB ini, terselenggara atas kerjasama antara Toko Buku Lumenium, Pematangsiantar dan Penerbit Kanisius. Akhir acara, Sr. Adelberta, KSFL, sebagai protocol, meminta P. Leo Sipahutar, OFMCap. membawakan doa dan berkat penutup. Pace e Bene. (P. Andreas Harmoko, OFMCap.)


0
Baca Selengkapnya >>>